Daya Tarik Karya Sastra dari Seniman Sejati
Judul
Buku : Godlob
Penulis
: Danarto
Penerbit
: Matahari
Cetakan : II, April 2004
Tebal
Buku : ix + 224 halaman
Danarto, seorang seniman yang telah menunjukkan bakat menulisnya
sejak berumur 17 tahun ini, kembali mewarnai karya sastra Indonesia dengan
buku kumpulan cerpennya yang berjudul Godlob. Judul tersebut
diambil dari salah satu cerpennya yang mempunyai judul yang sama yaitu, Godlob.
Dalam cerpen ini, Danarto memberikan unsur-unsur yang berbeda dari karya yang
biasanya. Cerpen ini bercerita tentang seorang anak yang dibunuh oleh
ayahnya sendiri agar sang anak bergelar “pahlawan”. Cerita dalam cerpennya juga
tidak bisa ditebak dan memberikan amanat tersendiri bagi pembacanya. Cerita yang
diangkat sangat berbeda dengan cerita pada umumnya. Dengan kata lain, Danarto
mampu mengangkat sebuah cerita yang membosankan menjadi sebuah cerita yang
sangat menakjubkan. Bakhan, beberapa cerpennya berhasil di-translate ke
berbagai bahasa. Antara lain bahasa Inggris, Jerman, dan Prancis. Buku
kumpulan cerpen ini memang sangat menakjubkan. Tak heran jika buku ini telah
diterjemahkan dalam berbagai bahasa, salah satunya adalahbahasa
inggris yang diterjemahkan oleh Herry Aveling dengan judul Abracadabra.
Sebenarnya, arti dari judul Godlobsendiri masih mengundang
pertanyaan. Kata “Godlob” mungkin merupakan bahasa asing
atau bahasa serapan dari bahasa lain.
Dalam buku kumpulan cerpennya, Godlob.
Terdapat sembilan cerpen yang sangat menarik. Kesembilan cerpen tersebut
memiliki cerita yang sangat fenomenal, tragis, religius serta mengandung
unsur magis. Unsur magis yang sangat kental terdapat pada cerpennya yang
berjudul Amargedon. Dimana dalam cerpen tersebut terdapat tiga
tokoh yang paling berperan yaitu ibu, anak, dan bekakra-an.
Bekakra-an yang tak lain adalah sesosok yang berkepala, tetapi tak
memiliki badan, dengan alat-alat tubuhnya didalam yang masih utuh :
kerongkongan, paru-paru, jantung, limpa, urat darah, urat syaraf, dan
usus-ususnya. Dengan kata lain, Danarto menghasilkan tokoh baru yaitu
makhluk halus. Dalam cerpen ini, Danarto juga mampu menggabungkan
kejadian-kejadian mistis menjadi sebuah cerpen yang menarik.
Pada esai Burton Raffel dalam “The Asian Wall Street Journal” 28
Februari 1980 menyatakan bahwa yang paling menarik adalah eksperimentalis
Danarto. Karya-karya Danarto juga dinilai melebihi karya sastra yang ada di
Eropa maupun Amerika dewasa itu. Berbicara tentang eksperimen, cerpen yang
berjudul Abracadabra dan Sandiwara Atas Sandiwara
merupakan kurun dalam perjalanan yang menunjukkan gejolah dan permasalahan
yang teradi dalam hidup. Selain itu, semua karya cerpennya juga tidak
dapat ditebak jalan ceritanya, seperti cerpen Kecubung Penghasilan.
Jalan cerita yang berliku-liku dan rumit membuat orang merasa takjub dengan
keindahan karya sastranya ini. Sebenarnya, cerita yang diangkat adalah
cerita yang sering kita jumpai bahkan kita sendiri tak pernah berpikir untuk
mengangkat cerita sesederhana itu. Namun, di tangan Danarto, cerita ini disulap
menjadi cerita yang penuh dengan konflik, tetapi berakhir bahagia. Cerpen Kecubung
Penghasilan ini menceritakan tentang seorang wanita gelandangan yang
mengandung anaknya 8 bulan. Setiap hari ia selalu mencari makan kesana kemari,
namun tak pernah ditemukannya. Hingga akhirnya, ia pergi ke sebuah taman dan
memakan bunga-bunga di taman.
Bagian yang menarik dari cerpen Kecubung Penghasilan adalah
cerita tentang bunga-bunga yang penuh dengan konflik. Dalam cerpennya,
bunga-bunga itu memiliki sifat sama seperti manusia. Memiliki persaan, dapat
berbicara, berpikir, dan pintar seolah-olah bunga-bunga itu adalah seorang
manusia yang bisa hidup bebas. Bahkan bunga-bunga di taman itu bisa membunuh
dirinya sendiri dengan pertumpahan darah sengit seperti layaknya perang
manusia.
Dari semua cerpen yang ada di buku itu, sebagian besar
mengandung cerita-cerita tentang pembunuhan, pemberontakan, magis, mistis dan
realigi. Cerita yang ditampilkan sangat menakjubkan. Bahasa yang digunakan
sangat menunjukkan bahwa Danarto adalah seniman sejati. Ceritra yang
ditampilkan berbeda dengan cerita biasanya dan tokoh yang digambarkan
sebenarnya tidak masuk akal pikiran manusia atau hanya imajinasi
yang tak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Cerita yang
ditampilkan termasuk panjang dan bahasanya agak sulit dimengerti.
Bagi orang yang tidak menyukai sastra, mungkin buku ini sedikit membosankan.
Namun, bagi pecinta karya sastra, buku ini sangat menarik. Terlebih, semua
cerpen ini dibuat pada tahun 1960-an. Sehingga, bahasa yang digunakan
lebih sulit dimengerti oleh anak-anak remaja zaman sekarang dan cerita yang juga
mengarah pada masa-masa 1960-an.