Laman

Senin, 30 Juli 2012

Prinsip-Prinsip Islam Tentang Pendidikan

PRINSIP-PRINSIP ISLAM TENTANG PENDIDIKAN

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Islam 3
Pengampu: Bambang Raharjo


Disusun Oleh:
Tedi Setiadi                             A. 310 100 071
Luqmanul Hakim                     A. 310 100 072
Oktavia Armi A.                     A. 310 100 073
Diki Utomo                             A. 310 100 075
Muhammad Zuhri R.                A. 310 100 076
Diah Rahayu M.                      A. 310 100 079
PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2012



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Definisi mengenai pendidikan memanglah banyak sekali, akan tetapi pengertian pendidikan tidaklah terlepas dari kata pendidik dan anak didik, karena di dalam pendidikan faktor keduanya sangatlah berpengaruh dalam dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik yang dengan sadar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian anak didik. Di Indonesia telah dikembangkan berbagai sistem pendidikan yang berbasis islami yang mana bertujuan agar anak didik mampu mengembangkan pendidikan yang terarah. Tujuan pendidikan islam adalah terbentuknya manusia yang baik secara individual dan sosial, selalu mengabdikan diri kepada Allah Swt.
Pendidik selalu mengarahkan peserta didik kepada tujuan pendidikan, baik orang tuanya maupun orang lain. Pendidikan selalu tak terlepaskan dari beberapa faktor diantaranya tujuan, pendidik, peserta didik, alat-alat dan alam sekitar. Alam sekitar adalah lingkungan yang ada di sekitar peserta didik, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan dalam islam selalu berpegang teguh dengan prinsip-prinsip islam tentang pendidikan, maka dari itu pendidik selalu mengarahkan, membimbing, dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Kepribadian yang diharapkan tidaklah wujud kepribadian yang hanya bisa diterapkan pada keberhasilan anak didik, akan tetapi juga mengacu pada kepribadian islami yang berprinsip tentang pendidikan rohani yang menjadi tonggak kepribadian utama dalam pendidikan islam. Dalam makalah ini akan dibahas secara seksama tentang prinsip-prinsip islam tentang pendidikan.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
2.      Apa saja dasar-dasar pendidikan itu?
3.      Apakah yang dimaksud dengan batas-batas pendidikan?
4.      Apakah Catur pusat pendidikan itu?

C.    Manfaat
1.      Mengetahui pengertian pendidikan.
2.      Memahami dasar-dasar pendidikan.
3.      Mengerti batas-batas pendidikan.
4.      Mengetahui apa saja yang termasuk catur pusat pendidikan.

PEMBAHASAN
A.   Pengertian Pendidikan
Pada umumnya pendidikan adalah suatu proses pelatihan dan pengajaran yang dilakukan dalam lingkup keluarga, sekolah, dan masyrakat. Sedangkan dalam Islam pendidikan tidak hanya berpusat pada hal-hal tersebut saja, akan tetapi masjid pun juga berperan sangat penting sebagai pusat pendidikan.
Kata “pendidikan” dalam bahasa Arab berkaitan dengan ta’lîm, tarbiyah atau ta‘dîb. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ayat al-Qur‘ân maupun Hadîts, di antaranya adalah Q.S. al-Baqarah/2: 31, al-‘Alaq/96: 4 - 5; al-Isrâ‘/17: 24 dan al-Syua’râ‘/26: 18.
وَعَلَّمَ ءَادَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama-nama benda itu, jika kamu memang orang-orang yang benar!” (Q.S. Al-Baqarah/2: 31).
الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ. عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ
Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S. Al-‘Alaq/96: 4 - 5).
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil” (Q.S. Al-Isrâ‘/17: 24).
قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ
Fir’aun menjawab: “Bukankah kami telah mengasuhmu di antara (keluarga) kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu” ( Q.S. Al-Syu’arâ‘/26: 18).

ثَلَاثَةٌ يُؤْتَوْنَ أَجْرَهُمْ مَرَّتَيْنِ رَجُلٌ آمَنَ بِالْكِتَابِ الْأَوَّلِ وَالْكِتَابِ الْآخِرِ وَرَجُلٌ لَهُ أَمَةٌ فَأَدَّبَهَا فَأَحْسَنَ تَأْدِيبَهَا ثُمَّ أَعْتَقَهَا وَتَزَوَّجَهَا وَعَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَحْسَنَ عِبَادَةَ رَبِّهِ وَنَصَحَ لِسَيِّدِهِ (رواه أحمد)

Ada tiga orang yang memperoleh pahala dua kali, yaitu seseorang yang mengimani Kitab yang pertama dan terakhir, seseorang yang memiliki budak perempuan lalu mendidiknya kemudian menjadi baik pendidikannya, kemudian memerdekakannya dan mengawininya, dan seorang budak laki-laki yang baik ibadahnya kepada Tuhannya dan mau memberi nasehat kepada tuannya (H.R. Ahmad).
Menurut Abu Louis Ma’ruf (1986) dalam Shobron menyebutkan bahwa kata ta’lîm, tarbiyah dan ta‘dîb berasal dari kata kerja  رَبَّى, عَلَّمَ  dan أَدَّبَ.     عَـلَّمَ  adalah  جَعَلَهَا لَهُ أَمَاَرَةً يَعْرفُهَاyang mengandung makna: menjadikan seseorang tahu. رَّبى adalahغَـذَاهُ وَجَعَلَهُ يَرْبُوْ  yang mengandung makna: memelihara dan mengasuh   yang cenderung pada perkembangan jasmani. Sedang  أَدَّبَ adalah  هَذَّبَهُ وَرَاضَ أَخْلاَ قَهُ  yang mengandung arti: mendidik dan melatih akhlak (Shobron, 2010: 267).
Memahami makna dari masing-masing terma di atas, dapat dikemukakan bahwa ta’lîm lebih menonjolkan pada aspek pengetahuan kognitif, tarbiyah lebih menekankan pada pemeliharaan dan asuhan dengan kasih sayang, sedang ta‘dîb mencakup pengetahuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan demikian secara konseptual ta‘dîb sudah mencakup pengetahuan (’ilm), pengajaran (ta’lîm) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Oleh karena itu, ta‘dîb merupakan istilah yang tepat untuk menunjukkan pendidikan dalam Islam.
Adapun mengenai pengertian istilah “pendidikan” akan dikemukakan beberapa pemikiran yang dikemukakan oleh para pakar pendidikan, antara lain:
1.   Syed Muhammad al-Naquib al-Attas dalam Shobron (2010: 268) menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses penanaman sesuatu ke dalam diri manusia.
2. Omar Muhammad al-Touny al-Syaebany dalam Shobron (2010: 268) menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha membimbing, mengarahkan potensi hidup manusia yang berupa kemampuan-kemampuan dasar dan kemampuan belajar, sehingga terjadilah perubahan di dalam kehidupan pribadinya sebagai makhluk individual dan sosial, serta hubungannya dengan alam sekitar di mana ia hidup.
3.  Ahmad D. Marimba dalam Shobron (2010: 268) menyatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
4.      Hasil rumusan Konggres se-Dunia ke-II pada tahun 1980 tentang Pendidikan Islam (dikutip dalam M. Arifin, 1987: 15) dalam Shobron (2010: 268) menetapkan bahwa pendidikan adalah usaha mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spiritual, intelektual, imajinasi (fantasi), jasmaniah, ilmiah, linguistik, baik secara individual maupun kolektif, serta mendorong aspek-aspek itu ke arah kebaikan dan ke arah pencapaian kesempurnaan hidup.
Dengan demikian, keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan mengarahkan, membimbing dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani agar terbentuk kepribadian yang utama.

B.     Dasar-dasar Pendidikan

Dasar ajaran agama Islam adalah Kitab Allah dan Sunnah Rasul yang disebut dengan al-Qur‘ân dan Hadîts. Hal ini berlandaskan pada salah satu firman Allah dalam  Q.S. al-Nisâ‘/4: 59:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allah dan ta’atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur‘ân) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada A  llah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (Q.S. An-Nisa’: 59).
 Di samping itu sebagaimana terungkap dalam Hadîts berikut:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Aku tinggalkan padamu dua urusan, sekali-kali kamu tidak akan sesat selama kamu sekalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya (HR. Malik).
 Oleh karena dasar ajaran agama Islam adalah al-Qur‘ân dan Hadîts, dan karena pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang mendasarkan pada ajaran agama Islam, maka dasar pendidikan dalam Islam yang utama adalah al-Qur‘ân dan Hadîts.

C.    Batas-batas Pendidikan

Batas pendidikan yang dimaksud di sini adalah kapan pendidikan dapat dimulai dan kapan pendidikan bisa diakhiri. Dalam konsep Islam, pendidikan berlangsung seumur hidup, sebagaimana ungkapan ahli hikmah berikut:

اطْلُبُوْا الْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ إِلَى اللَّحْدِ

Tuntutlah ilmu dari sejak dalam ayunan sampai ke liang lahat (mulai bayi sampai mati).
Dalam dunia pendidikan secara umum, konsep di atas dikenal dengan life long education. Meski demikian, pada hakekatnya pendidikan baru bisa dimulai pada saat anak telah mengenal kewibawaan atau pada saat anak telah mencapai masa kritis atau trotzalter pertama (sekitar usia 2 – 4 tahun), di mana pada usia ini anak mulai mengenal egonya, dan sadar akan tenaga dan kemampuan diri.
Adapun upaya-upaya yang dilakukan sejak anak lahir sampai mencapai masa kritis adalah merupakan pemeliharaan yang mengarah pada persiapan ke arah pendidikan yang nyata. Sedang upaya-upaya yang dilakukan sebelum anak dilahirkan adalah merupakan upaya untuk mempengaruhi kejiwaan anak yang sedang dikandung, yang merupakan pendidikan tidak langsung.
Islam tidak menghenal “henti dalam pendidikan/belajar”. Selama seseorang masih diberi kesempatan untuk hidup, maka ia masih berkewajiban untuk belajar, meski secara  non formal ataupun in formal (belajar di jalur luar sekolah).

D.    Catur Pusat Pendidikan

Dalam Islam, pusat-pusat pendidikan dapat digolongkan dalam catur pusat pendidikan, yaitu keluarga, masjid, sekolah dan masyarakat.
Keluarga adalah pusat pendidikan pertama dan utama. Dikatakan sebagai pusat pendidikan pertama, karena anak mulai dikenalkan dengan nilai-nilai baik dan buruk – tentu ukurannya adalah norma-norma Islam – pertama kali dari kedua orang tuanya atau orang-orang yang dekat, yang berada dalam lingkungan  keluarganya. Sedang dikatakan sebagai pusat pendidikan yang utama, karena yang lebih bertanggung jawab atas pendidikan peserta didik adalah orang tua mereka, meski mereka sudah mengenal masyarakat, masjid maupun sekolah.
Masjid, di samping memiliki fungsi keagamaan juga memiliki fungsi sosial (Shobron, 2010: 271). Sebagai fungsi keagamaan, masjid dijadikan sebagai tempat melaksanakan shalat lima waktu dan ibadah-ibadah lainnya serta digunakan sebagai tempat kegiatan syiar Islam. Sedang sebagai fungsi sosial, masjid dijadikan sebagai tempat musyawarah, tempat menyelesaikan masalah-masalah yang muncul di tengah-tengah masyarakat, tempat mempererat hubungan dan ikatan jamaah; di samping sebagai tempat pendidikan, yaitu tempat mempelajari agama Islam, untuk tempat bertanya dan memberikan jawaban-jawaban tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh orang Islam.
Sekolah atau madrasah adalah lembaga pendidikan formal. Lembaga-lembaga pendidikan jenis ini didirikan bagi peserta didik dan dirancang secara berjenjang dan berkesinambungan, baik dari tingkat SD/MI, SLTP/MTs, SLTA/MA, sampai tingkat PT/Jâmi’ah.
Masyarakat, yaitu lembaga-lembaga pendidikan yang diselenggarakan langsung oleh masyarakat, antara lain dalam bentuk kursus-kursus, pelatihan-pelatihan, dan lain sebagainya. Pendidikan yang diselenggarakan dalam lembaga ini biasanya tidak berjenjang dan tidak berkesinambungan, dan diadakan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, seperti pelatihan mubaligh/mubalighat, pelatihan khotib Jum’at, pelatihan kepemimpinan/manajemen, kursus tilâwah, dan lain sebagainya.  Lembaga ini sering disebut dengan pendidikan non formal.
Keempat pusat pendidikan di atas diharapkan dapat bekerja sama dengan baik dan bisa saling mendukung untuk tercapainya tujuan pendidikan.
 PENUTUP
SIMPULAN
Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan pendidik untuk mengembangkan kemampuan anak didik dengan mengarahkan, membimbing dan memimpin perkembangan jasmani dan rohani agar terbentuk kepribadian yang utama. Pendidikan dalam Islam adalah pendidikan yang mendasarkan pada ajaran agama Islam, maka dasar pendidikan dalam Islam yang utama adalah al-Qur‘ân dan Hadîts. Batas-batas pendidikan adalah kapan pendidikan dapat dimulai dan kapan pendidikan bisa diakhiri.
DAFTAR PUSTAKA
Shobron, Sudarno. dkk. 2010. Studi Islam 3. Surakarta: Lembaga pengembangan Ilmu-Ilmu Dasar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar